Selasa, 15 Desember 2009

Positif Thinking

Buya Hamka (alm) pernah berkata, Mengapa manusia bersikap bodoh? Tidakkah engkau tatap langit yang biru dengan awan yang berarak seputih kapas? Atau engkau turuni ke lembah sehingga akan kau dapatkan air yang bening. Atau engkau bangun di malam hari, kau saksikan bintang gemintang bertaburan di langit biru dan rembulan yang tidak pernah bosan orang menatapnya. Atau engkau dengarkan suara jangkrik dan katak saling bersahutan.
Sekiranya seseorang amat gemar memandang keindahan, amat senang mendengar keindahan, niscaya hatinya akan terbebas dari perbuatan keji. Karena sesungguhnya keji itu buruk, sedangkan yang buruk itu tidak akan pernah bersatu dengan keindahan. Berbahagialah orang yang senang melihat kebaikan orang lain.

Tatkala menemui seseorang tidak baik kelakuannya, ia segera tahu bahwa manusia itu bukanlah malaikat. Di balik segala kekurangan yang dimilikinya pasti ada kebaikannya. Perhatikanlah kebaikannya itu sehingga akan tumbuh rasa kasih sayang di hati. Mendengar seseorang selalu berbicara buruk dan menyakitkan, segeralah berfikir positif. Siapa tahu sekarang ia berbicara buruk, namun besok lusa berubah menjadi berbicara baik. Karenanya, dengan mendengarkan kata-kata yang baik-baiknya saja, niscaya akan tumbuh rasa kasih sayang di hati.
Jalaluddin Rumi pernah berkata, Orang yang begitu senang dan nikmat melihat dan menyebut-nyebut kebaikan orang lain bagaikan hidup di sebuah taman yang indah. Ke sini anggrek, ke sana melati. Pokoknya kemana saja mata memandang yang nampak adalah bebungaan yang indah dan harum mewangi. Dimana mana yang terlihat hanya keindahan. Sebaliknya, orang yang gemar melihat aib dan kejelekkan orang lain, pikirannya hanya diselimuti dengan aneka keburukan sementara hatinya hanya dikepung dengan prasangka-prasangka buruk. Karenanya, kemana pun matanya melihat, yang tampak adalah ular, kalajengking, duri, dan sebagainya. Dimana saja ia berada senantiasa tidak akan pernah dapat menikmati indahnya hidup ini.


Read More..

Rabu, 09 Desember 2009

Berjihad dengan pena

Disadari atau tidak, media memegang peranan penting dalam kehidpan masyarakat. Dengan adanya media, proses transformasi sosial dapat berjalan amat cepat. Distribusi informasi ilmu pengetahuan dan teknologi juga dapat merebak dengan sangat mengagumkan, melewati batas-batas geografis yang tak terbayangkan sebelumnya. Dengan kemajuan teknologi komunikasi saat ini sebuah peradaban berciri global kini telah mendominasi umat sedunia. Ibarat terpaan angin, tak seorangpun kini dapat melepaskan diri dari dari media secara total. Bahkan, dapat dikatakan tanpa media, komunikasi kita pun tidak bisa berjalan secara wajar.
Demikian canggihnya perkembangan media saat ini sehingga suatu berita dapat dinikmati setiap orang pada saat yang sama dengan event yang terjadi. Dalam waktu yang sama dan menyebar luas di mana-mana. Kecanggihan inilah yang dimanfaatkan oleh musuh-musuh islam dalam menghancurkan umat islam secara perlahan-lahan secara kasat mata. Menghancurkan umat islam dengan cara merusak moral dan akhlak generasi mudanya

Setiap hari kita dicekoki oleh berbagai tayangan ditelevisi yang sejatinya tidak ada manfaatnya sama sekali. Hanya sedikit dari tayangan tersebut yang bermanfaat namun ironisnya banyak sekali waktu kita yang terbuang setiap harinya didepan layar kotak berukuran 21 inch tersebut. Peristiwa yang terjadi di masyarakat yang tersaji dalam tayangan media akhir-akhir ini sungguh miris untuk disaksikan. Kasus mutilasi yang muncul tak henti-hentinya di layar TV. Peristiwa bunuh diri dari gedung-gedung bertingkat, ancaman dengan memanjat tower hingga pada peristiwa perkelahian antar kelompok, perceraian dalam rumah tangga, dan peristiwa lain yang menyedihkan secara vulgar tersaji dalam televisi. Semua itu adalah satu fenomena betapa besar pengaruh media terhadap perubahan pola pikir dan tingkah laku bagi pemirsanya. Tak jarang orang yang melihat peristiwa tersebut menjadikannya sebagai contoh jika ia akan melakukan tindakan yang jauh dari norma-norma agama.
Tampilan di media membuat lebih bayak orang meniru daripada memetik pelajaran dari situ. Sebetulnya, media juga memberikan banyak contoh kebaikan seseorang, namun contoh-contoh yang buruk boleh jadi lebih menarik ditonton daripada contoh yang baik.
Jika kita mau mencermatinya, media sebenarnya mengarahkan kita untuk memandang suatu berita seperti apa yang mereka pandang. Banyak sekali media yang menyajikan suatu berita dengan menyudutkan salah satu pihak yang terkait sehingga para pembaca akan terprovokasi untuk ikut menyudutkan pihak tersebut. Meski demikian tak sedikit media yang menyajikannya secara netral sesuai dengan fakta yang ada.
Sepertinya kemenangan didapatkan oleh musuh-musuh islam untuk mencuci otak manusia dalam menyudutkan islam dengan bersenjatakan media massa. Sebut saja kasus terorisme yang terjadi di Indonesia. Begitu gencarnya media memberitakan hal ini terutama para musuh Allah yang memanfaatkan hal ini dengan menceritakan sesuatu yang tak semestinya mengakibatkan masyarakat banyak terjangkit virus “islamophobia”. Sampai-sampai orang-orang yang berjenggot panjang dan orang-orang yang sering nongkrong dimasjid mendapakan perhatian ekstra dari masyarakat.
Hal itupun pernah saya rasakan ketika selesai menunaikan sholat dhuha dirumah. Saudara jauh saya yang notabene tidak begitu mengenal islam yang waktu itu sedang berkunjung kerumah saya tiba-tiba menasehati saya setelah saya selesai sholat. Beliau bilang,” Jangan sering-sering sholat, nanti kam diajak jadi pengantin sama para teroris”. Begitulah kira-kira yang beliau ucapkan. Bahkan dikesempatan lainnya saudara saya pernah menasehati agar saya tidak dekat-dekat dengan orang-orang yang berjenggot panjang. Astaghfirullah… Begitulah akibat pengaruh media yang menyajikan hal-hal yang tidak semetinya untuk ditampilkan.
Sobat muslim, ketika kita tau bahwa media memegang peranan yang sangat penting dalam penyebaran informasi dan pembentukkan opini publik, kenapa kita tidak memanfaatkannya? Sudah saatnya kita menciptakan media baru yang berorientasi dakwah untuk mengimbangi media yang saat ini masih sekuler. Mungkin bisa kita lakukan dengan hal yang kecil. Lewat situs jejaring sosial semacam facebook misalnya. Kita bisa berdakwah disana dengan menuliskan status yang bernafaskan dakwah.
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu dijalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” (Q.S. At Taubah:41)
Dakwah tidak hanya bisa dilakukan dengan pengajian, namun bisa juga lewat tulisan. Jihad tidak hanya bisa dilakukan dengan menganggakat pedang dan menghujamkanya kepada orang-orang kafir namun juga bisa dengan setetes tinta dan sebuah pena

Read More..